Saham Go Private adalah proses di mana perusahaan publik memutuskan untuk menarik sahamnya dari bursa efek, sehingga saham perusahaan tersebut tidak lagi diperdagangkan secara publik. Setelah go private, perusahaan menjadi perusahaan tertutup, yang berarti kepemilikan saham terbatas pada sekelompok kecil pemegang saham, seperti manajemen perusahaan, investor besar, atau grup perusahaan, dan tidak lagi dimiliki oleh publik.
Keputusan untuk go private biasanya dilakukan melalui buyback saham atau akuisisi saham publik oleh pihak yang ingin mengambil alih kendali penuh atas perusahaan. Proses ini berlawanan dengan IPO (Initial Public Offering), di mana perusahaan membuka kepemilikan sahamnya kepada publik. Ketika perusahaan memutuskan untuk go private, pemegang saham publik harus menjual saham mereka sesuai dengan harga yang ditentukan dalam penawaran buyback.
Dalam artikel ini, kita akan membahas pengertian saham go private, alasan mengapa perusahaan memutuskan untuk go private, proses yang dilalui, serta dampaknya terhadap investor.
Pengertian Saham Go Private
Saham go private adalah proses di mana perusahaan yang sebelumnya terdaftar dan sahamnya diperdagangkan di bursa efek memutuskan untuk menarik diri dari status perusahaan publik dan mengubah statusnya menjadi perusahaan tertutup. Setelah go private, saham perusahaan tidak lagi tersedia untuk dibeli atau dijual oleh publik di pasar saham, dan akses terhadap informasi perusahaan menjadi lebih terbatas.
Perusahaan yang go private biasanya menawarkan untuk membeli kembali saham yang dimiliki oleh publik dengan harga premium, memberikan kompensasi kepada investor atas hilangnya kesempatan untuk memperdagangkan saham di bursa.
Proses Go Private
Proses go private memerlukan beberapa tahapan yang melibatkan manajemen perusahaan, pemegang saham, serta otoritas pasar modal. Berikut adalah tahapan utama dalam proses go private:
1. Pengumuman Rencana Go Private
Langkah pertama adalah ketika perusahaan mengumumkan niatnya untuk go private. Pengumuman ini biasanya mencakup alasan go private dan strategi yang diambil untuk melakukannya, seperti pembelian kembali saham (buyback) atau akuisisi oleh investor strategis.
2. Penawaran Buyback atau Akuisisi
Perusahaan atau pihak yang ingin mengambil alih perusahaan (misalnya investor atau kelompok manajemen) kemudian membuat penawaran buyback kepada pemegang saham publik. Penawaran ini biasanya mencakup harga premium di atas harga pasar saat ini untuk menarik minat pemegang saham menjual saham mereka.
3. Persetujuan Pemegang Saham
Setelah penawaran buyback diajukan, pemegang saham akan diminta memberikan persetujuan atau menolak tawaran tersebut melalui rapat umum pemegang saham (RUPS). Dalam banyak kasus, mayoritas pemegang saham harus menyetujui proposal go private sebelum proses ini bisa dilanjutkan.
4. Pembelian Kembali Saham Publik
Jika proposal go private disetujui oleh pemegang saham, perusahaan atau investor strategis akan membeli kembali seluruh saham publik yang beredar. Pemegang saham yang tidak setuju dengan harga buyback memiliki pilihan untuk menjual sahamnya pada harga yang ditawarkan atau tetap memiliki saham, yang akan menjadi tidak likuid setelah perusahaan go private.
5. Proses Delisting
Setelah pembelian saham selesai, perusahaan akan melakukan delisting dari bursa efek, artinya saham perusahaan tidak lagi diperdagangkan di pasar saham. Pada titik ini, perusahaan secara resmi menjadi perusahaan tertutup dan hanya dimiliki oleh pemegang saham besar atau kelompok kecil investor.
Alasan Perusahaan Memutuskan Go Private
Ada beberapa alasan mengapa perusahaan memutuskan untuk go private, antara lain:
1. Mengurangi Beban Regulasi dan Biaya
Menjadi perusahaan publik memerlukan kepatuhan ketat terhadap regulasi pasar modal dan biaya administratif yang tinggi, termasuk biaya audit, pelaporan keuangan, dan kepatuhan hukum. Dengan go private, perusahaan dapat mengurangi biaya operasional dan beban kepatuhan, karena mereka tidak lagi diharuskan mematuhi regulasi ketat dari bursa efek dan otoritas pasar modal.
2. Fleksibilitas Manajemen
Sebagai perusahaan tertutup, manajemen memiliki lebih banyak kebebasan untuk mengambil keputusan strategis jangka panjang tanpa tekanan dari pemegang saham publik yang sering kali fokus pada keuntungan jangka pendek. Go private memungkinkan perusahaan untuk menjalankan strategi bisnis yang mungkin memerlukan waktu lebih lama untuk memberikan hasil tanpa harus terus-menerus diawasi oleh pasar.
3. Restrukturisasi Bisnis
Perusahaan yang menghadapi tantangan finansial atau ingin melakukan restrukturisasi besar sering kali memilih go private untuk merampingkan operasinya tanpa gangguan dari investor publik. Setelah go private, perusahaan bisa lebih fokus pada restrukturisasi internal, merger, akuisisi, atau pemulihan bisnis tanpa pengawasan ketat dari pasar saham.
4. Pengambilalihan oleh Investor Strategis
Dalam beberapa kasus, investor strategis (seperti private equity atau grup konglomerat) mungkin melihat nilai tersembunyi dalam perusahaan publik yang undervalued dan memutuskan untuk mengambil alih perusahaan tersebut melalui go private. Setelah akuisisi, investor strategis dapat meningkatkan efisiensi perusahaan dan meningkatkan nilai perusahaan di luar tekanan pasar publik.
5. Perlindungan dari Volatilitas Pasar
Perusahaan publik sering kali dipengaruhi oleh volatilitas pasar dan sentimen investor yang dapat menyebabkan fluktuasi harga saham yang tajam. Dengan menjadi perusahaan tertutup, perusahaan bisa melindungi dirinya dari tekanan pasar yang tidak terkait langsung dengan kinerja bisnis inti.
Dampak Go Private bagi Investor
Go private dapat memiliki dampak signifikan terhadap pemegang saham dan investor, tergantung pada bagaimana proses ini dilakukan dan kondisi pasar saat itu. Berikut beberapa dampak yang mungkin dihadapi oleh investor:
1. Peluang untuk Menerima Premi
Saat perusahaan memutuskan untuk go private, biasanya mereka menawarkan harga premium di atas harga pasar saat ini untuk membeli kembali saham dari pemegang saham publik. Hal ini memberikan peluang bagi investor untuk mendapatkan keuntungan dari selisih antara harga pasar dan harga buyback.
2. Kehilangan Likuiditas
Setelah perusahaan melakukan go private, saham perusahaan tidak lagi diperdagangkan di bursa efek, sehingga saham menjadi tidak likuid. Pemegang saham yang tidak menjual saham mereka sebelum proses go private selesai mungkin mengalami kesulitan menjual saham tersebut di masa depan karena tidak ada pasar publik untuk memperdagangkannya.
3. Terbatasnya Akses Informasi
Setelah go private, perusahaan tidak lagi diwajibkan untuk melaporkan kinerja keuangannya secara terbuka, sehingga pemegang saham yang tersisa mungkin memiliki akses terbatas terhadap informasi tentang operasional dan kinerja keuangan perusahaan.
4. Keputusan yang Didorong oleh Pemegang Saham Mayoritas
Dalam perusahaan yang sudah go private, keputusan bisnis sering kali didorong oleh pemegang saham mayoritas atau pihak yang memiliki kendali penuh atas perusahaan. Ini bisa berarti bahwa kepentingan pemegang saham minoritas mungkin tidak selalu diperhatikan dengan baik.
5. Potensi Pertumbuhan Tertahan
Investor yang tertarik pada pertumbuhan jangka panjang mungkin tidak lagi bisa mendapatkan keuntungan dari kenaikan harga saham di pasar setelah perusahaan go private, karena tidak ada lagi transaksi saham di bursa publik. Hal ini membatasi potensi keuntungan bagi investor ritel.
Contoh Kasus Perusahaan Go Private
Beberapa perusahaan besar telah memutuskan untuk go private setelah menjadi perusahaan publik. Berikut adalah beberapa contoh terkenal:
- Dell Technologies (2013): Dell, salah satu produsen komputer terbesar di dunia, memutuskan untuk go private pada tahun 2013 setelah diakuisisi oleh pendirinya, Michael Dell, bersama mitra private equity Silver Lake. Dell memutuskan untuk go private guna melakukan restrukturisasi tanpa tekanan dari pasar saham.
- Toshiba (2023): Toshiba, perusahaan elektronik raksasa Jepang, mengumumkan rencana go private setelah beberapa tahun menghadapi kesulitan keuangan dan tekanan dari pemegang saham aktivis. Delisting ini memungkinkan Toshiba untuk memfokuskan upaya pemulihan bisnis tanpa gangguan dari investor publik.
- Heinz (2013): Perusahaan makanan global Heinz diambil alih oleh Warren Buffet’s Berkshire Hathaway dan 3G Capital pada tahun 2013 dalam proses go private. Langkah ini memungkinkan Heinz untuk merestrukturisasi dan melakukan merger dengan Kraft Foods di kemudian hari.
Kesimpulan
Saham go private adalah proses di mana perusahaan menarik diri dari pasar publik dan menjadi perusahaan tertutup, sering kali melalui proses pembelian kembali saham oleh pihak manajemen atau investor strategis. Proses ini memberikan keuntungan bagi perusahaan dalam bentuk fleksibilitas manajemen dan pengurangan beban regulasi, tetapi juga berdampak pada investor, seperti hilangnya likuiditas dan akses informasi.
Bagi investor, go private bisa menjadi peluang untuk menerima premi dari harga saham saat ini, tetapi juga menghadirkan risiko bagi mereka yang memilih untuk tidak menjual sahamnya. Penting bagi investor untuk mempertimbangkan tujuan investasi dan toleransi risiko sebelum memutuskan tindakan ketika perusahaan go private.
Jika Anda mencari peluang investasi yang menawarkan potensi return hingga 15%, EKUID menyediakan akses ke securities crowdfunding yang aman dan terdiversifikasi, memungkinkan Anda berinvestasi di berbagai sektor potensial. Bergabunglah dengan EKUID sekarang dan mulailah perjalanan investasi Anda!