Undervalue dan Overvalue dalam Investasi: Pengertian, Penyebab, dan Cara Mengidentifikasinya

4 min read

Memahami Undervalue dan Overvalue dalam Investasi: Pengertian, Penyebab, dan Cara Mengidentifikasinya

Dalam dunia investasi, istilah undervalue dan overvalue sering digunakan untuk menggambarkan harga suatu aset, terutama saham, relatif terhadap nilai intrinsiknya atau harga wajar. Investor menggunakan konsep ini untuk menentukan apakah suatu saham layak dibeli atau dijual berdasarkan apakah harganya dianggap murah (undervalue) atau mahal (overvalue).

Investor yang berfokus pada value investing (investasi nilai) mencari peluang untuk membeli saham yang undervalue karena mereka percaya bahwa harga saham tersebut akan naik di masa depan seiring dengan pencapaian nilai sebenarnya. Sebaliknya, saham yang overvalue biasanya dihindari oleh investor karena dianggap diperdagangkan di atas nilai wajarnya dan memiliki risiko penurunan harga.

Pengertian Undervalue dan Overvalue

Apa Itu Undervalue?

Undervalue adalah kondisi di mana harga saham atau aset lain diperdagangkan di bawah nilai wajar atau nilai intrinsiknya. Dengan kata lain, pasar mengabaikan atau tidak sepenuhnya mencerminkan potensi pertumbuhan atau nilai sebenarnya dari aset tersebut. Saham yang undervalue dianggap lebih murah daripada yang seharusnya, memberikan kesempatan bagi investor untuk membeli dengan harga diskon.

Investor value investing sering kali mencari saham undervalue dengan keyakinan bahwa pasar pada akhirnya akan menyadari kesalahan penilaian tersebut dan harga saham akan naik untuk mencerminkan nilai wajar yang sebenarnya.

Apa Itu Overvalue?

Sebaliknya, overvalue adalah kondisi di mana harga saham diperdagangkan di atas nilai wajar atau nilai intrinsiknya. Saham overvalue biasanya dipicu oleh spekulasi berlebihan, tren pasar sementara, atau ekspektasi tinggi yang tidak didukung oleh kinerja fundamental perusahaan. Saham ini dianggap terlalu mahal dibandingkan dengan nilai sebenarnya.

Saham yang overvalue memiliki risiko bahwa pasar mungkin pada akhirnya akan mengoreksi harga tersebut, yang berarti harga saham bisa turun di masa depan. Investor biasanya berhati-hati dengan saham overvalue karena takut harga bisa turun ke level yang lebih sesuai dengan nilai intrinsiknya.

Penyebab Saham Undervalue dan Overvalue

Beberapa faktor dapat menyebabkan saham menjadi undervalue atau overvalue, baik karena perubahan kondisi pasar, sentimen investor, maupun kinerja perusahaan itu sendiri. Berikut beberapa penyebab umum:

Penyebab Saham Undervalue:

  1. Kinerja Perusahaan Tidak Diperhatikan Saham bisa menjadi undervalue ketika kinerja fundamental perusahaan yang baik tidak diperhatikan oleh pasar, mungkin karena kurangnya eksposur atau perhatian media. Saham perusahaan kecil atau baru sering kali undervalued karena tidak banyak dikenal oleh investor.
  2. Tekanan Sementara Saham bisa undervalue ketika perusahaan menghadapi tantangan sementara, seperti penurunan pendapatan sementara atau masalah manajemen yang sedang diperbaiki. Investor yang fokus pada jangka pendek sering kali menjual saham tersebut, menyebabkan harga turun di bawah nilai wajarnya.
  3. Pasar yang Lesu Dalam kondisi pasar yang sedang menurun, saham yang undervalue bisa muncul karena penurunan harga yang berlebihan disebabkan oleh sentimen negatif secara keseluruhan, meskipun kinerja fundamental perusahaan tetap kuat.
  4. Overreaction dari Berita Negatif Reaksi berlebihan dari investor terhadap berita negatif (seperti laporan keuangan yang buruk atau perubahan manajemen) dapat menyebabkan saham jatuh ke level undervalue. Namun, sering kali dampak berita negatif ini hanya sementara, dan perusahaan bisa pulih.

Penyebab Saham Overvalue:

  1. Spekulasi Berlebihan Saham bisa menjadi overvalue ketika ada spekulasi berlebihan di pasar. Investor membeli saham karena tren atau popularitas tanpa memperhatikan kinerja fundamental perusahaan. Fenomena ini sering terjadi selama periode bubble pasar.
  2. Ekspektasi Pertumbuhan yang Berlebihan Investor mungkin memiliki ekspektasi pertumbuhan yang tidak realistis terhadap perusahaan, terutama pada saham-saham teknologi atau start-up yang diprediksi akan tumbuh pesat. Hal ini dapat mendorong harga saham jauh di atas nilai intrinsiknya.
  3. Sentimen Pasar yang Berlebihan Dalam pasar yang bullish atau sedang mengalami euforia, banyak saham yang diperdagangkan dengan harga tinggi hanya karena sentimen positif yang mendominasi, bukan karena kinerja perusahaan yang sebenarnya.
  4. Harga Saham yang Naik Terus Tanpa Alasan Fundamental Saham bisa overvalue ketika harganya terus naik tanpa ada alasan fundamental yang jelas, seperti peningkatan laba atau inovasi baru. Ini sering terjadi pada perusahaan yang sudah sukses dan dipandang sebagai investasi “aman”, meskipun harga sahamnya terlalu tinggi dibandingkan kinerjanya.

Cara Mengidentifikasi Saham Undervalue dan Overvalue

Investor menggunakan berbagai metode analisis fundamental untuk menentukan apakah suatu saham undervalue atau overvalue. Beberapa alat dan rasio umum yang digunakan meliputi:

1. Price-to-Earnings (P/E) Ratio

P/E ratio mengukur harga saham relatif terhadap laba per saham (Earnings Per Share, EPS) perusahaan. Rasio ini sering digunakan untuk menilai apakah saham terlalu mahal atau murah dibandingkan dengan labanya.

  • P/E rendah bisa menandakan bahwa saham undervalue, tetapi juga bisa menunjukkan bahwa perusahaan sedang menghadapi masalah.
  • P/E tinggi bisa menunjukkan saham overvalue, terutama jika pertumbuhan laba perusahaan tidak sejalan dengan harga saham.
Rumus dan perhitungan Price-to-Earnings (P/E) Ratio

2. Price-to-Book (P/B) Ratio

P/B ratio membandingkan harga saham dengan nilai buku perusahaan (aset bersih). Jika P/B ratio suatu saham di bawah 1, itu bisa berarti saham undervalue karena diperdagangkan di bawah nilai asetnya. Sebaliknya, P/B ratio yang sangat tinggi bisa menandakan bahwa saham overvalue.

Rumus P/B Ratio:

3. Price-to-Sales (P/S) Ratio

P/S ratio membandingkan harga saham dengan penjualan atau pendapatan perusahaan. Rasio ini berguna untuk mengevaluasi perusahaan yang belum menguntungkan, seperti start-up, karena fokus pada penjualan daripada laba. P/S ratio yang rendah bisa menandakan undervalue.

Rumus P/S Ratio:
rumus menghitung p/s ratio

4. PEG Ratio

PEG ratio (Price/Earnings to Growth ratio) menggabungkan P/E ratio dengan tingkat pertumbuhan laba perusahaan. Rasio ini digunakan untuk menilai apakah harga saham wajar berdasarkan pertumbuhan laba. PEG ratio di bawah 1 biasanya menunjukkan bahwa saham undervalue, sedangkan PEG ratio di atas 1 bisa menandakan overvalue.

Rumus PEG Ratio:
rumus dan cara hitung peg ratio

5. Discounted Cash Flow (DCF) Analysis

DCF adalah metode yang lebih kompleks untuk menghitung nilai intrinsik perusahaan berdasarkan proyeksi arus kas masa depan dan kemudian mendiskontokannya ke nilai sekarang. Jika harga pasar saham lebih rendah dari nilai DCF-nya, saham dianggap undervalue.

Strategi Berinvestasi di Saham Undervalue dan Overvalue

1. Strategi Berinvestasi di Saham Undervalue

Investor yang mencari saham undervalue biasanya menggunakan strategi value investing, yang dipopulerkan oleh investor legendaris seperti Warren Buffett. Mereka percaya bahwa harga saham akan naik ketika pasar menyadari nilai sebenarnya dari perusahaan.

Langkah-langkah umum yang diambil investor value investing meliputi:

  • Mengidentifikasi saham dengan rasio P/E atau P/B yang rendah.
  • Melakukan analisis fundamental mendalam untuk memastikan bahwa perusahaan memiliki potensi pertumbuhan dan tidak sedang menghadapi masalah serius.
  • Membeli saham undervalue dengan tujuan untuk memegangnya dalam jangka panjang hingga nilai saham naik sesuai dengan nilai intrinsiknya.

2. Menghindari Saham Overvalue

Saham yang overvalue biasanya dihindari oleh investor karena harganya dianggap terlalu tinggi dibandingkan dengan fundamental perusahaan. Investor yang cenderung konservatif mungkin menjual saham overvalue untuk merealisasikan keuntungan sebelum harga saham tersebut terkoreksi.

Beberapa tips untuk menghindari saham overvalue:

  • Jangan terpengaruh oleh sentimen pasar atau euforia sesaat, terutama dalam kondisi pasar bullish.
  • Lakukan analisis fundamental untuk memastikan bahwa harga saham mencerminkan kinerja keuangan yang solid.
  • Waspadai saham dengan P/E ratio atau P/B ratio yang sangat tinggi dibandingkan dengan perusahaan sejenis di industri yang sama.

Kesimpulan

Undervalue dan overvalue adalah konsep penting dalam investasi yang membantu investor menentukan apakah harga suatu saham mencerminkan nilai intrinsik perusahaan. Saham undervalue menawarkan peluang bagi investor yang bersedia mengambil risiko untuk mendapatkan keuntungan saat harga saham naik menuju nilai wajar. Sebaliknya, saham overvalue berisiko mengalami penurunan harga karena pasar akhirnya akan mengoreksi penilaian yang berlebihan.

Dengan memahami cara mengidentifikasi saham undervalue dan overvalue melalui analisis fundamental seperti P/E ratio, P/B ratio, PEG ratio, dan DCF, investor dapat membuat keputusan yang lebih bijaksana dalam memilih saham yang layak dibeli atau dijual. Berinvestasi dalam saham undervalue memerlukan kesabaran dan keyakinan bahwa pasar pada akhirnya akan menyadari nilai sebenarnya dari perusahaan yang Anda pilih.

Jika Anda ingin mendiversifikasi investasi Anda melalui platform securities crowdfunding dengan potensi return hingga 15% yang cocok untuk melengkapi portofolio investasi Anda.

Yuk Cek Berbagai Proyek Menarik di EKUID

Investasi menguntungkan saat suku bunga tinggi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *